beranda
/
artikel
/
podcast
/
tentang
/
cari
Kesehatan Masyarakat

Pentingnya Deteksi Demensia Alzheimer pada Usia Muda

Sep 23, 2021
/
8 min read
cover article

cover Pentingnya Deteksi Demensia Alzheimer pada Usia Muda

Intro
Penderita Alzheimer pada usia muda mendapatkan stigma dan tidak dapat bekerja secara optimal lagi. Oleh karenanya, banyak yang terpaksa berhenti bekerja di masa emas kariernya. Baik pasien maupun keluarga turut merasakan akibat dari penyakit ini. Deteksi dini adalah pilihan terbaik.

Seorang dokter bedah terkenal dengan kariernya yang sedang melesat, tiba-tiba jatuh dalam kondisi yang tidak disangka-sangka. Ia susah mengingat segala sesuatu dan berperilaku tidak wajar, padahal ia dikenal sangat jenius dan terampil dalam menangani berbagai kasus bedah. Ia bahkan berpikir bahwa dirinya masih menjalani program residensi. Anaknya sekalipun ia pikir salah seorang teman kuliahnya. Kondisinya kian memburuk hingga membuatnya menolak makan dan menjadi agresif.

Pasti RPmates tidak merasa asing dengan cerita di atas. Yup, itu adalah kisah ibu dari dokter Meredith Grey, pemeran utama series “Grey’s Anatomy” yang hingga saat ini masih berlangsung. Ibu dari dokter Meredith Grey mengalami demensia Alzheimer di usia yang terhitung muda dibandingkan usia umum terjadinya Alzheimer. Di awal series, dokter Meredith Grey sangat khawatir akan mengalami Alzheimer seperti ibunya. 

Nah, sebenarnya apa itu Alzheimer? Bagaimana bisa orang berusia produktif mengalami Alzheimer? Apakah dapat dideteksi secara dini? 

Apa itu demensia Alzheimer?

Demensia merupakan suatu kumpulan gangguan daya pikir (fungsi kognitif) yang timbul akibat adanya gangguan pada fungsi ataupun struktur otak. Karena otak adalah pusat kendali pikiran, perasaan, dan perilaku manusia, maka seseorang yang mengalami demensia dapat menunjukkan gejala yang beragam, bukan hanya “pikun”, tetapi juga kemampuan mengolah informasi, mengelola emosi, dan mengatur perilaku. Tentunya kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan dalam beraktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, adanya gangguan pada aktivitas sehari-hari seseorang menjadi salah satu ciri utama demensia. 

Demensia merupakan sebuah kelompok gangguan dan di dalamnya terdapat berbagai jenis demensia yang lebih spesifik. Demensia Alzheimer adalah tipe demensia yang paling sering terjadi. Gejalanya timbul relatif lambat, dan progresinya berjalan dalam hitungan tahun. 

Siapa saja yang bisa mengalami demensia Alzheimer?

Ketika membicarakan demensia, pikiran kita biasanya langsung tertuju pada para lansia. Mereka yang berusia di atas 65 tahun memang lebih kerap mengalami Alzheimer dibandingkan kelompok usia yang lebih muda. Semakin lanjut usia seseorang, semakin tinggi pula risikonya.

Namun, bukan berarti orang muda di bawah 65 tahun benar-benar bebas dari risiko demensia Alzheimer. Faktanya, Alzheimer dapat pula terjadi pada usia kanak hingga dewasa muda yang masuk dalam kelompok usia produktif. Fenomena ini disebut sebagai young-onset Alzheimer disease atau early-onset Alzheimer disease, umumnya ditemukan pada orang berusia 30-60 tahun. Beberapa tahun belakangan ini, angka kejadian penyakit Alzheimer pada usia muda tersebut pun terus meningkat. 

Faktor risiko terjadinya Alzheimer pada usia muda belum diketahui dengan pasti. Hingga saat ini, salah satu faktor risiko yang dianggap penting dalam terjadinya early-onset Alzheimer’s disease adalah kerentanan genetik. Seseorang yang memiliki riwayat demensia Alzheimer di keluarganya, apalagi jika awitannya pun relatif muda, maka memiliki risiko yang lebih tinggi.

Yuk kenali lebih dini ciri-ciri Alzheimer pada usia muda!

Tanda dan gejala Alzheimer pada usia muda tidak banyak berbeda dengan tanda dan gejala demensia Alzheimer yang selama ini kita kenal pada lansia. 

Gangguan daya ingat (memori) yang biasa muncul di awal penyakit Alzheimer adalah kesulitan dalam mengingat informasi yang baru didapat (membentuk memori anterograde). Akibatnya, mereka yang mengalami demensia Alzheimer jadi cenderung menanyakan hal yang sama berulang-ulang kali meski sudah diberikan jawaban. Memori yang lebih lama akan terpengaruh ketika derajat penyakitnya semakin berat.

Gangguan dalam fungsi-fungsi kognitif lainnya akan menyebabkan seseorang kesulitan mengerjakan kegiatan yang sebelumnya sudah terbiasa, kesulitan memilih kata-kata saat bicara, kurang mampu memutuskan atau menilai sesuatu, dan salah menaruh barang lalu melupakannya. Gejala kognitif tersebut dapat diiringi perubahan mood yang tidak stabil, serta penarikan diri dari kehidupan sosial. 

Seiring berjalannya waktu, gejala tersebut dapat mengalami perburukan, seperti kesulitan berkomunikasi, disorientasi berat, dan gangguan perilaku yang dapat membahayakan diri serta orang lain. Mungkin dapat timbul gejala-gejala yang cukup mencolok seperti melihat dan mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada, atau meyakini sesuatu yang tidak mungkin (seperti menjadi curiga pada orang terdekat).

Secara garis besar, tidak terdapat perbedaan gejala antara Alzheimer di  usia muda ataupun usia lanjut. Namun, sebuah studi menemukan bahwa pada early-onset Alzheimer disease terjadi gejala tidak biasa seperti gangguan berbahasa, gangguan memahami informasi visual, dan mengontrol perilaku. Penyakit Alzheimer pada usia muda ini juga cenderung menunjukkan tanda dan gejala yang lebih agresif dibandingkan yang terjadi pada lansia. Pada akhirnya, mereka yg mengalami demensia Alzheimer berisiko meninggal dunia lebih awal dibandingkan dengan mereka yg tidak mengalami Alzheimer.

Berbeda dengan “pikun” pada lansia, penurunan fungsi kognitif pada mereka yang berusia muda tentu lebih memicu perhatian orang di sekitarnya. Tentu perlu diingat bahwa penyebab gangguan dalam fungsi kognitif tidak hanya disebabkan oleh demensia. Ketika dirasa ada kelainan dalam kemampuan mengingat dan berpikir, dokter dapat melakukan pemeriksaan untuk mengkonfirmasi keluhan tersebut dan mencari penyebabnya. Biasanya, dokter akan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah atau radiologis. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penapisan (screening) fungsi kognitif yang terstandar. 

Kecurigaan adanya gangguan mengingat dan berpikir ini dapat mengarah pada Mild Cognitive Impairment (MCI) terlebih dahulu, tidak langsung ke arah Alzheimer. Berbeda dengan  Alzheimer, gangguan mengingat dan berpikir yang dialami oleh penderita MCI belum mengganggu kegiatan sehari-harinya. Seseorang yang didiagnosis MCI akan mendapatkan terapi untuk mencegah terjadinya demensia Alzheimer.

Pencegahan dan Pengobatan Alzheimer

Pencegahan demensia Alzheimer berfokus pada pengendalian faktor-faktor risiko yang dapat diubah. Bukti-bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa terdapat beberapa upaya pencegahan untuk membantu penurunan risiko timbulnya Alzheimer. Contohnya adalah olahraga rutin, makan yang sehat, berhenti merokok, dan kontrol penyakit penyerta seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, serta kolesterol yang tinggi. 

Upaya pencegahan tersebut menjadi sangat penting karena hingga saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer atau mengembalikan fungsi kognitif yang sudah terganggu. Deteksi dini adalah upaya terbaik yang mesti dilakukan oleh kerabat dekat maupun tenaga kesehatan sehingga keluaran terapi pun dapat menjadi lebih baik pada pasien early-onset Alzheimer disease. Oleh karena itu, sebaiknya seseorang dengan tanda dan gejala penyakit Alzheimer, dapat segera dibawa ke dokter untuk diperiksa. 

Meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan, mereka yang mengalami alzheimer tetap memerlukan terapi komprehensif untuk mencegah perburukan yang semakin progresif dan meningkatkan kualitas hidupnya. Saat ini terdapat beberapa jenis obat yang dinilai efektif untuk mencegah turunnya fungsi kognitif semakin jauh, yaitu donepezil, rivastigmine, galantamine, dan memantine. Selain itu, orang dengan Alzheimer kadang memerlukan pengobatan untuk membantu mengendalikan mood dan perilakunya. 

Terapi nonfarmakologis (non-obat) yang terdiri dari olahraga, pengobatan penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus, modifikasi lingkungan, dan latihan kognitif juga sangat diperlukan untuk membantu pemeliharaan fungsi kognitif pasien. 

Latihan kognitif itu seperti apa ya? Latihan kognitif adalah upaya untuk terus memelihara fungsi kognitif seseorang melalui berbagai latihan yang umumnya berupa permainan. Berbagai bentuk latihan kognitif seperti bermain sudoku maupun puzzle huruf telah terbukti keefektivitasannya dalam memelihara fungsi kognitif dan mencegah progresivitas penyakit pada penderita Alzheimer.

Pada taraf keparahan tertentu, seseorang dengan demensia Alzheimer akan membutuhkan bantuan yang signifikan dari pelaku rawat, baik pelaku rawat formal maupun nonformal. Melihat begitu pentingnya peran pelaku rawat bagi mereka yang hidup dengan demensia Alzheimer, maka pelaku rawat pun perlu mendapatkan dukungan penuh. Dukungan ini bukan hanya terdiri dari dukungan psikologis untuk menjaga semangat pelaku rawat, tetapi juga dukungan bagi pelaku rawat untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam membantu pasien. Mereka sehari-hari merawat penderita Alzheimer dengan sepenuh hati sehingga dukungan penuh sudah menjadi hak mereka. Indonesia sendiri memiliki komunitas yang menaungi pasien-pasien Alzheimer dan juga caregiver-nya, namanya “Alzheimer Indonesia” atau biasa disebut “Alzi”. 

Stigma dan Kehilangan Pekerjaan di Masa Emas Karier

Pada Alzheimer di usia muda, seharusnya terapi menjadi lebih mudah sebab teman-teman seusianya pun masih produktif sehingga dapat diajak bersosialisasi tanpa batasan kekuatan fisik. Namun sayangnya, hal ini dapat pula menjadi boomerang. Penderita Alzheimer pada usia muda cenderung mendapatkan banyak stigma karena gangguan beraktivitas sehari-hari yang dialami seperti melupakan berbagai hal penting, susah berkomunikasi, gangguan mood serta perilaku. Bahkan tak jarang pula muncul kejadian tidak dipercaya oleh orang-orang di sekitarnya bahwa ia benar-benar sakit, terutama di lingkungan kerjanya. Kemungkinan penderita kehilangan pekerjaan di masa-masa emas kariernya pun sangat tinggi seperti halnya yang dialami oleh ibu dari dokter Meredith Grey di series “Grey’s Anatomy.” Kemalangan tersebut tidak hanya terjadi akibat stigma, tetapi juga performa kerjanya yang terus berkurang akibat penyakit Alzheimer ini.

Alzheimer taraf berat memang menyebabkan seseorang kesulitan beraktivitas bahkan untuk hal-hal dasar seperti merawat diri. Namun, perlu diingat bahwa diagnosis Alzheimer tidak untuk memvonis seseorang tidak dapat melakukan kegiatan yang bermakna. Bahkan mereka dengan Alzheimer taraf ringan yang disertai tatalaksana tepat masih dapat berfungsi baik dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, dukungan yang banyak dan penuh kasih sayanglah yang justru harus kita berikan, bukan stigma. 

Yuk bantu deteksi dini penyakit Alzheimer!

Sekarang RPmates sudah paham betul pentingnya deteksi dini Alzheimer sejak usia muda, bukan? RPmates dapat turut membantu dalam deteksi dini ini loh, tidak hanya bagi orang-orang di sekitar saja, tetapi terhadap diri sendiri juga ya! Jadi, yuk kenali tanda dan gejala Alzheimer demi kebahagiaan kita dan orang-orang yang kita sayangi! Jangan lupa juga berikan dukungan emosional yang cukup apabila ada kerabatmu yang terdiagnosis Alzheimer maupun menjadi caregiver ya, RPmates!

article lainnya
post cover
Jan 5, 2022
/
1 minutes

Cukai Minuman Berpemanis untuk Kehidupan yang Lebih Manis

Wacana cukai minuman berpemanis kembali dicetuskan, apakah kebijakan ini merupakan solusi untuk menurunkan angka kejadian diabetes melitus dan obesitas di Indonesia?

Kesehatan Masyarakat
post cover
Jan 4, 2022
/
1 minutes

Waspada Tanpa Panik: Menyikapi Omicron dengan Bijaksana

Situasi wabah dapat mengancam kesehatan mental kita. Oleh karenanya, tidak hanya dengan menjaga protokol kesehatan, kita juga perlu mengantisipasi derasnya arus informasi dengan membaca artikel yang tidak hanya terkini, namun juga menyajikan fakta yang berimbang.

Kesehatan Masyarakat
post cover
Dec 12, 2021
/
1 minutes

Bagaimana Krisis Iklim Bisa Mempengaruhi Kesehatan Kita?

“Climate change is first and foremost a health crisis”

Krisis Iklim
Instagram
/

Relatif perspektif ⓒ 2020 All right reserved