Eps. 48 "Kita Bukan Sekedar Angka": Puan @RelatifPers Membaca dan Diskusi Bersama Mardiyah Chamim
putar audio podcast Eps. 48 "Kita Bukan Sekedar Angka": Puan @RelatifPers Membaca dan Diskusi Bersama Mardiyah Chamim
cover podcast Eps. 48 "Kita Bukan Sekedar Angka": Puan @RelatifPers Membaca dan Diskusi Bersama Mardiyah Chamim
Puan RelatifPerspektif berkesempatan membaca dan diskusi buku Kita Bukan Sekedar Angka sebelum bukunya terbit bersama Mardiyah Chamim
Pandemi COVID-19 ini adalah peristiwa besar. Apabila tidak ditulis, peristiwa ini akan hilang dari sejarah
Sudah hampir satu tahun sejak pasien 01 di Indonesia diumumkan pada awal Maret 2020 dan pandemic COVID-19 masih berjalan. Ribuan nyawa telah menjadi korbannya, dan lebih dari satu juta orang sudah terinfeksi penyakit ini. Mardiyah Chamim, jurnalis senior dan penulis buku, menggagas ide untuk menulis buku bersama 52 puan Indonesia lainnya tentang bagaimana COVID-10 telah mempengaruhi segala aspek kehidupan kita.
Diskusi Buku Bersama Puan @RelatifPers
Puan-puan dari tim Relatif Perspektif yang terdiri dari dr. Shela Putri Sundawa, dr. Vini Jamarin, Nurrachma Hakim, dan Aji Muthiah Nur Azizah, berkesempatan untuk membaca buku Kita Bukan Sekadar Angka sebelum diedarkan di masyarakat luas dan berdiskusi tentang pengalaman masing-masing ketika membaca buku ini. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman menyaksikan secara tidak langsung perjuangan puan-puan Indonesia yang berusaha saling membantu dan bahu-membahu melawan pandemi COVID-19 berdasarkan bidang dan kapasitas masing-masing.
Ide Awal Menulis Buku dengan Sudut Pandang Perempuan
Berangkat dari pengalaman membaca buku yang berjudul The Great Influenza, Ibu Mardiyah Chamim, selaku penggagas buku Kita Bukan Sekadar Angka Puan Indonesia Menulis Pandemi, merasa ada banyak detail cerita yang mengharukan dari peristiwa pandemi influenza yang terjadi pada tahun 1918, terutama di Philadelphia yang menjadi salah satu episentrum wabah pada saat itu. Beliau berpikir bahwa apabila pengalaman orang biasa yang juga ikut berjuang dalam melawan pandemi COVID-19 ini tidak ditulis, detail-detail cerita yang mengharukan seperti itu tidak akan muncul dan yang akan terekspos di media hanyalah peristiwa-peristiwa yang besar. Alasan mengambil sudut pandang perempuan dalam proses penulisan buku ini adalah karena perempuan itu yang betul-betul berada di episentrum wabah. Pengalaman dalam merawat keluarga yang terpapar, mencari penghasilan, dan bahkan beberapa dari mereka juga ikut terpapar virus, semakin menambah keyakinan bahwa sudut pandang perempuan dalam menghadapi pandemi ini jauh lebih kaya.
Bagaimana cara meyakinkan semua orang yang terlibat dalam buku ini untuk bersama-sama menulis?
Pada awalnya, Ibu Mardiyah mengajak teman-teman terdekatnya untuk berkontribusi dalam penulisan buku. Kemudian beliau-beliau mulai berdiskusi kira-kira pengalaman siapa saja yang relevan untuk dituliskan berdasarkan kronologi pandemi COVID-19. Proses penulisan diawali dengan training menulis yang dimentori oleh Ibu Mardiyah, Ibu Prabandari, dan Ibu Kristin dikarenakan banyak dari kontributor ini yang belum memiliki pengalaman menulis.
Pemilihan Penggunaan Bahasa dalam Esai
Di dalam buku ini, ada 2 orang yang menulis dalam bahasa Inggris. Sebenarnya dalam proses penulisan, 2 orang ini juga menulis dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, tulisan mereka dalam bahasa Inggris dirasa lebih powerful secara emosional. Format penulisan yang digunakan masing-masing penulis juga berbeda, ada yang bersifat catatan harian dan ada yang bersifat refleksi setelah semua peristiwa berlalu. Hal penting yang ditekankan oleh Ibu Mardiyah adalah tulisan-tulisan tersebut berasal dari sudut pandang personal yang benar-benar subjektif dari perasaan dan pengalaman penulis.
Kapan buku ini bisa didapatkan oleh masyarakat luas?
Buku ini sudah bisa dipesan melalui media sosial facebook Mardiyah Chamim karena pada hari Senin, 1 Februari 2021 buku-buku tersebut sudah keluar dari percetakan. Keuntungan dari penjualan buku akan didonasikan untuk perempuan-perempuan yang terdampak pandemi COVID-19.
Saran untuk Pembaca Buku
Karena pandemi ini adalah peristiwa yang besar sekali, harapan dari Ibu Mardiyah adalah semua komunitas, terutama tenaga medis, banyak menghasilkan tulisan-tulisan yang bersifat personal seperti yang ada dalam buku Kita Bukan Sekadar Angka Puan Indonesia Menulis Pandemi, supaya bisa menjadi pengetahuan kolektif. Pandemi ini kecil kemungkinan akan terhapus total, sehingga perbaikan-perbaikan harus terus dilakukan. Perbaikan bisa dilakukan apabila kita benar-benar memahami apa yang terjadi melalui pengalaman dan pelajaran yang ditulis. Selain untuk pembelajaran, tulisan-tulisan ini juga bertujuan untuk menjadi sejarah supaya penanganan di masa mendatang bisa lebih baik.
Eps. Spesial Teror Iklan Rokok di Internet
Berbagai strategu dijalankan untuk menunjang kegiatan pemasaran rokok supaya dapat mencapai dan mempengaruhi anak muda, salah satunya melalui internet dan platform digital.
Eps. 68 Omicron Joined The Club (PART 2)
Kemunculan varian baru Omicron menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dini terkait tingkat penularan, gejala, dan faktor-faktor pemicu serta risiko reinfeksi yang diakibatkan oleh mutasi Omicron, dan bagaimana vaksin dapat mencegah terjadinya tingkat reinfeksi dan keparahan risiko yang lebih tinggi. Simak episode podcast Relatif Perspektif mengenai Mutasi Omicron bersama dr. Endri Budiwan, MPH. (Neglected Tropical Diseases Technical Advisor, RTI Intenational).
Eps. 68 Omicron Joined The Club (PART 1)
Kemunculan varian baru Omicron menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dini terkait tingkat penularan, gejala, dan faktor-faktor pemicu serta risiko reinfeksi yang diakibatkan oleh mutasi Omicron, dan bagaimana vaksin dapat mencegah terjadinya tingkat reinfeksi dan keparahan risiko yang lebih tinggi. Simak episode podcast Relatif Perspektif mengenai Mutasi Omicron bersama dr. Endri Budiwan, MPH. (Neglected Tropical Diseases Technical Advisor, RTI Intenational).