Eps. 53 Parosmia dan Long COVID-19 Bersama dr. Ferucha Moulanda, Sp.THT-KL
putar audio podcast Eps. 53 Parosmia dan Long COVID-19 Bersama dr. Ferucha Moulanda, Sp.THT-KL
cover podcast Eps. 53 Parosmia dan Long COVID-19 Bersama dr. Ferucha Moulanda, Sp.THT-KL
Menjaga kesehatan organ penghidu kita sama dengan menjaga kualitas hidup kita supaya tetap baik
Indra penghidu atau penciuman merupakan salah satu dari lima indra yang dimiliki manusia. Indra penghidu berfungsi untuk mendeteksi bau atau aroma. Fungsi penghidu ini bisa terganggu karena disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah karena penyakit COVID-19. Salah satu manifestasi gejala ketika seseorang terpapar virus corona adalah anosmia. Anosmia adalah suatu keadaan hilangnya kemampuan seseorang untuk mencium bau. Kondisi ini juga dapat menghilangkan kemampuan penderitanya untuk merasakan makanan. Selain anosmia, gangguan fungsi penghidu yang baru-baru ini dilaporkan adalah parosmia, yaitu gangguan penciuman yang membuat penderitanya merasakan aroma yang tidak semestinya.
Pendahuluan
Pandemi COVID-19 belum usai, setiap orang, baik mereka yang belum pernah terpapar maupun penyintas COVID-19, masih harus menjaga diri sendiri dan keluarga dari penyakit yang telah membunuh jutaan orang ini. Sebagian penyintas dilaporkan mengalami gejala yang persisten mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan yang disebut dengan long COVID-19. Para penyintas ini mengalami suatu kondisi yang mengganggu kehidupan sehari-hari yaitu gangguan penghidu atau penciuman.
Awal muncul gejala long COVID-19 yang terjadi pada sebagian orang
Long COVID-19 merupakan gejala-gejala yang pada awalnya terdengar dari media sosial di mana ada seorang jurnalis dan scientist yang membagikan pengalaman tentang gejala-gejala yang dialami setelah menderita COVID-19. Gejala tersebut masih dirasakan sampai sekitar 7 minggu. Sehingga para peneliti membuat studi untuk mendapatkan distribusi long COVID-19, apa saja gejalanya dan memprediksi pasien seperti apa yang memiliki probabilitas untuk mengalami gejala long COVID-19.
Faktor-faktor yang menyebabkan gejala long COVID-19
Faktor-faktor ini masih dikaji dalam penelitian. Menurut NICE, long COVID-19 terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah on going symptomatic COVID-19 yang berlangsung 4-12 minggu sejak onset gejala. Yang kedua adalah post COVID syndrome yaitu suatu kondisi di mana pasien tersebut sudah dinyatakan negatif dari tes PCR tapi masih mengalami gejala-gejala hingga lebih dari 12 minggu (pada 10% kasus). Gejala-gejala yang dirasakan seperti sesak napas, dada terasa berat, rasa fatigue atau mudah lelah, sakit kepala yang hilang timbul, serta dapat terjadi gangguan penghidu, radang tenggorok, dan batuk-batuk.
Gangguan penghidu sebagai salah satu gejala long COVID-19
Penyebab terjadinya gangguan penghidu adalah karena infeksi virus, trauma atau cedera kepala, keganasan, dan proses degeneratif. Umumnya gangguan penghidu disebabkan oleh virus dengan prevalensi 11-45%. SARS-CoV-2 adalah salah satu virus yang menyebabkan terjadinya gangguan penghidu. Dari beberapa penelitian, prevalensi gangguan penghidu yang berkaitan dengan COVID-19 adalah 5-85%. Prevalensi ganggaun penghidu pada kasus mild COVID adalah 85,9%, kasus moderate COVID 4,5%, dan kasus severe COVID 6,9%. Gangguan penghidu pada COVID-19 biasanya isolated yaitu terjadi gangguang penghidu saja dan tidak didahului oleh demam, batuk pilek berat seperti alergi atau rhinitis akut, dan terjadi secara tiba-tiba.
Jenis-jenis gangguan penghidu
Gangguan penghidu dibagi menjadi kuantitatif dan kualitatif. Yang termasuk kuantitatif adalah anosmia (tidak bisa membau sama sekali) dan hiposmia (kemampuan menghidu berkurang) di mana penilaiannya berdasarkan keluhan subjektif dari pasien dan hasil objektif dari uji tes penghidu. Yang termasuk kualitatif adalah parosmia di mana sumber penghidu atau rangsangan ada, tapi diinterpretasikan berbeda dan salah satu spektrum parosmia adalah kakosmia (semua bau yang dihirup itu berbau busuk). Selain parosmia, yang termasuk dalam klasifikasi kualitatif adalah phantosmia di mana tidak ada sumber bau, tapi penderita merasa mencium bau). Berdasarkan jenis, gangguan penghidu dibagi menjadi gangguan konduktif (gangguan hantaran bau) dan gangguan sensorineural (gangguan saraf).
Proses pembauan yang terjadi pada manusia
Ketika seseorang menghirup bau, baik dari depan melalui hidung (orthonasal olfactory) atau masuk dari belakang di mana ketika kita makan, kita bisa merasakan aroma makanan karena ketika kita mengunyah makanan tersebut, ada molekul bau yang naik ke hidung. Di hidung, ada selaput lendir yang berfungsi untuk menerima rangsangan semua jenis bau yang dihirup yang terletak di area epitel olfaktori. Setelah dari area epitel olfaktori, molekul bau tersebut akan naik ke area bulbus olfaktori. Lalu rangsangan tersebut langsung menuju ke otak untuk dipersepsikan.
Gangguan penghidu berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang
Ketika seseorang kehilangan kemampuan menghidu atau membau dengan baik, tentu akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari seperti ketika makan, maka makanan tersebut akan terasa hambar sehingga bisa menurunkan nafsu makan. Selain itu, organ penghidu atau penciuman kita juga berfungsi sebagai warning sign. Ketika kita berada di lingkungan yang berbahaya, misalnya di tempat tersebut terjadi kebakaran (bau terbakar), maka bau yang kita hirup akan memberikan sinyal peringatan untuk lari dan menyelamatkan diri. Akan sangat berbahaya apabila fungsi proteksi dari organ penghidu kita tidak berjalan dengan baik.
Upaya untuk mencegah gangguan penghidu
Untuk mencegah gangguan penghidu, kita harus rajin membersihkan hidung, karena setiap hari hidung kita dilewati oleh banyak sekali udara yang membawa partikel dan mikroorganisme. Membersihkan hidung dilakukan dengan cara rutin melakukan cuci hidung kanan dan kiri, minimal 1-2x sehari, menggunakan larutan fisiologis NaCl atau air yang diberi larutan garam NaCl. Cara membersihkan hidung bisa dilihat di video yang ada di internet. Cuci hidung atau nasal washing tidak boleh dilakukan apabila seseorang memiliki gendang telinga yang robek.
Penanganan untuk gangguan penghidu
Kita harus mengetahui apa yang mendasari keluhan yang kita alami. Apabila berkaitan dengan COVID, maka tatalaksana yang harus diberikan sesuai dengan tatalaksana COVID (obat-obatan, vitamin, peningkatan daya tahan tubuh). PERHATI-KL menganjurkan untuk melakukan cuci hidung secara rutin dengan cara yang benar untuk membersihkan area selaput lendir hidung kita. Jika kondisi gangguan penghidu masih berlanjut hingga lebih dari dua minggu, maka akan diberikan tatalaksana menggunakan semprot steroid intranasal dan dilakukan latihan penghidu.
Pesan tambahan tentang long COVID-19 dan gangguan penghiduan
Karena pandemi masih berlangsung, jangan lupa untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan hidung dengan cara mencuci hidung secara rutin. Apabila mengalami gangguan penghidu setelah terkena infeksi COVID-19, jangan khawatir karena banyak studi yang menunjukkan tingkat penyembuhan yang baik dengan cara mencuci hidung secara rutin dan latihan penghidu. Tingkatkan kewaspadaan dan kepedulian terhadap diri, keluarga dan lingkungan sekitar dengan menerapkan protokol 5M.
Rekomendasi Buku dan Film
Film yang direkomendasikan adalah Forest Gump dan Drama Korea Reply 1988. Buku yang direkomendasikan adalah Harry Potter Series.
Eps. Spesial Teror Iklan Rokok di Internet
Berbagai strategu dijalankan untuk menunjang kegiatan pemasaran rokok supaya dapat mencapai dan mempengaruhi anak muda, salah satunya melalui internet dan platform digital.
Eps. 68 Omicron Joined The Club (PART 2)
Kemunculan varian baru Omicron menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dini terkait tingkat penularan, gejala, dan faktor-faktor pemicu serta risiko reinfeksi yang diakibatkan oleh mutasi Omicron, dan bagaimana vaksin dapat mencegah terjadinya tingkat reinfeksi dan keparahan risiko yang lebih tinggi. Simak episode podcast Relatif Perspektif mengenai Mutasi Omicron bersama dr. Endri Budiwan, MPH. (Neglected Tropical Diseases Technical Advisor, RTI Intenational).
Eps. 68 Omicron Joined The Club (PART 1)
Kemunculan varian baru Omicron menjadi alarm bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dini terkait tingkat penularan, gejala, dan faktor-faktor pemicu serta risiko reinfeksi yang diakibatkan oleh mutasi Omicron, dan bagaimana vaksin dapat mencegah terjadinya tingkat reinfeksi dan keparahan risiko yang lebih tinggi. Simak episode podcast Relatif Perspektif mengenai Mutasi Omicron bersama dr. Endri Budiwan, MPH. (Neglected Tropical Diseases Technical Advisor, RTI Intenational).